Senin, 04 April 2011

RUHANI MANUSIA

RUHANI MANUSIA


Pembukaan

Alhamdulillah wassalaatu wassalaamu `ala Rasulillah SAW `ammaaba'du. Firman Allah dalam Al-Qur'an surat Fusilat (41) ayat 53: "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar." Dalam artikel ini semua rujukan berasal dari Al-Qur'an, hanya satu Hadits Nabi.

Ruh

Ruh tidak sama dengan Ruhani. Ruh adalah nama jisim, yaitu nama bendanya meskipun benda ghaib. Ruhani adalah tindak-tanduk ruh yang kita dapat saksikan pada diri manusia. Manusia sedikit sekali mengetahui tentang ruh. Ruh adalah rahasia Allah.[1] Orang yang sudah mati dan orang yang tidur tidak sadarkan diri, karena ruhnya sedang digenggam Allah.[2]
Fungsi ruh untuk ruhani dan jasmani manusia adalah sebagai pusat kesadaran. Kita dalam keadaan sadar karena Allah mengizinkan ruh memfungsikan akal dan kalbu dan nafsu kita. Ilmu ruhani dikenal dalam ilmu pengetahuan sebagai ilmu jiwa.
Ihwan dan ahwat tawakal yang sehari-harinya selalu mengusahakan supaya hatinya lurus dan bersih, sangat perlu untuk mengetahui jisim ruhani lain selain kalbu, di dalam Al-Qur'an disebut juga adanya akal, nafsu, dll.

Kalbu

Kalbu atau hati sebagai pusat rasa dalam ruhani kita, rupanya hati berhubungan langsung dengan ruh, begitu ruh ada maka rasa pun ada. Hati merupakan keajaiban pada manusia. Allah mempercayakan iman/hidayah tersimpan di dalam hati.[3] Hati merupakan terminal semua informasi yang diterima manusia, informasi dari pancaindera (pendengaran dan penglihatan), yaitu informasi dari dunia nyata dan dari nafsu (dunia dalam kita) yang berasal dari alat-alat tubuh kita, misalnya lapar, haus, dll. Dan informasi selanjutnya adalah dari alam ghaib melalui iman kita. Semua informasi tersebut akhirnya terpusat menjadi dua hal pada kalbu kita. Pertama, yang berasal dari kebaikan yang biasanya menyenangkan, dan kedua, yang berasal dari keburukan yang biasanya menyusahkan. Kedua hal tersebut merupakan cobaan hidup.[4]
Orang yang telah berhasil membersihkan kalbu akan merasakan bahwa fungsi kalbu ini dapat meng-cover seluruh fungsi kesadaran, sehingga hati dapat melihat, mendengar dan merasakan (menghayati). Penghayatan zikir dalam hati adalah salah satu cara mengasah hati supaya menjadi tajam.

Akal

Akal manusia merupakan pembeda antara manusia dengan hewan. Allah menganjurkan agar manusia menggunakan akal,[5] malah Allah akan murka kepada orang yang tidak menggunakan akalnya.[6] Akal dalam jiwa kita seperti software dalam komputer, setelah otak merupakan hardware-nya. Alat baru terbentuk setelah informasi dari dunia luar masuk. Jadi setelah bayi lahir, akal ini berkembang dengan pesat. Akal merupakan pusat olahan informasi dari dunai luar sebelum masuk ke dalam hati dan diendapkan sebagai perasaan hati. Peran akal di dalam zikir adalah men-tafakur-i apa yang kita ucapkan, mengerti apa yang kita ucapkan, bila dalam shalat termasuk mengingat aturan shalat. Sifat akal adalah netral, pertimbangannya berdasar kenyataan di dunia luar sesuai lingkungan di mana dia berada.

Nafsu

Nafsu ini sangat erat hubungannya dengan dunia dalam kita (internal spirit) dan sifatnya ingin pemenuhan keinginannya segera, sifatnya emosional dalam melayani kebutuhan dalam kita, misalnya: nafsu makan, minum, dll. Malah kecenderungannya adalah mendorong ke arah kejahatan.[7] Hawa nafsu jangan diikuti malah hawa nafsu harus ditahan.[8] Pengendalian hawa nafsu penting sekali dalam zikir, caranya adalah serahkanlah gejolak hawa nafsu itu kepada Sang Pencipta.

Bagaimana Hubungan antara Jisim-Jisim Itu?

Selama ini belum ada yang menyusun jisim-jisim itu serta merta bagaimana hasil interaksi antara jisim-jisim tersebut. Kita akan mencoba menyusun berdasarkan penghayatan dalam zikir.
Allah berfirman dalam surat Al-Mulk (67) ayat 23: "Katakanlah, Dialah Yang Menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) amat sedikit kamu bersyukur."
Pendengaran lebih dahulu disebut daripada penglihatan, dan demikianlah kenyataan bahwa bayi sudah lebih dahulu mendengar yaitu sejak dalam kandungan, sedang penglihatan baru berfungsi setelah dilahirkan. Pendengaran dan penglihatan dalam hal ini sebagai wakil pancaindera, dan bila kedua indera tersebut telah berfungsi baik maka terbentuklah akal. Jadi dapat disimpulkan juga bahwa hati atau kalbu diciptakan lebih dahulu daripada akal.

Melihat fungsi kalbu sebagai tempat tersimpannya iman, untuk yang beriman maka keadaan kalbu harusnya lebih halus daripada akal, setidak-tidaknya mestinya sederajat. Kedua jisim inilah rupanya yang berhubungan langsung dengan jisim yang paling halus, yaitu ruh. Nafsu terlihat dari fungsinya yang lebih dekat dengan jasmani, dan barang tentu letaknya antara kalbu dan jasmani, sedangkan akal karena fungsinya lebih dekat kepada otak maka dalam hubungannya nanti lebih dekat kepada otak manusia. Bila kita pasang semua jisim dalam suatu bidang akan tersusun seperti gambar di samping ini.
Ruh di posisi yang paling tinggi, kemudian lapisan berikutnya akal dan kalbu, kemudian nafsu, sedang jasmani terletak pada lapisan paling dasar. Pada jasmani dibedakan susunan saraf pusat dan batang otak. Susunan saraf pusat sebagai saraf sadar, dan batang otak sebagai saraf tidak sadar (saraf otonomi). Kedua susunan saraf itu bekerja sebagai koordinasi dari sistem-sistem tubuh manusia.
Dari letak jisim-jisim ini terjalin hubungan antara satu dengan yang lainnya dan biasanya akibat hubungan itu justru yang mencuat keluar sebagai perilaku ruhani itu sendiri, itulah jiwa manusia (Lihat Gambar 1).

Hubungan nafsu dengan otak

Bila nafsu merupakan jisim yang paling tinggi pada suatu makhluk, maka sifatnya atau manifestasi yang keluar sebagai nafsu amarah, seperti terjadi pada binatang, pada manusia pun terdapat nafsu ini, hanya tidak selalu timbul karena ada pengaruh jisim lain yang mengahalanginya, misalnya akal dan kalbu, nafsu ini dinamakan nafsu amarah.
Kecenderungan nafsu kepada kejahatan dapat ditahan atau dikendalikan oleh fungsi kalbu yang beriman menjadi nafsul-mutma'innah.[9] Nafsu ini bisa saja pada suatu saat baik dan pada kali yang lain dapat menjadi buruk, tergantung pengaruh sekelilingnya, dan dalam hal ini akal yang dapat mempengaruhinya, nafsu ini disebut nafsu lawwamah.[10]

Hubungan antara kalbu dan akal bagaimana?

Kalbu sebagai pusat rasa dan akal sebagia pusat berpikir bergabung menjadi rasa cipta, dan inilah sebagai pusat kesadaran ilmu, kalau kesadaran ini yang dipakai dalam hidup seseorang maka tidak sama orang yang berilmu dan orang yang tak berilmu.[11] Dan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan ditinggikan beberapa derajat di sisi Allah.[12]
Iman yang dihubungkan dengan fungsi hati merupakan alat kesadaran yang paling tinggi, yaitu kesadaran Ilahiah. Bila seseorang menghubungkan diri dengan Allah, dengan mengingat-Nya, maka kita menghubungkan diri dengan Zat Yang Maha Sadar, maka kesadaran kita adalah kesadaran universal. Kesadaran inilah yang dilakukan oleh para Anbiya wal mursalin selama hidupnya.
Ada bentuk kesadaran lain yang lebih kasar dari kesadaran nafsu amarah, yaitu kesadaran emosional. Kesadaran emosional tidak berhubungan dengan otak tetapi berhubungan dengan pusat otonom. Dalam pelaksanaannya manusia berbuat dan tidak sempat berfikir. Dalam ilmu pengetahuan dikatakan bahwa antara emosi dengan fisiologi seperti telapak tangan dan punggungnya dan diasumsikan emosi ini akibat hubungan/interaksi antara nafsu dengan batang otak. Pengaruh emosi ini berhubungan dengan sebagian atau salah satu sistem, misalnya bila emosi jantung jadi berdebar, dll.[13]
Kesadaran yang paling kasar adalah kesadaran pancaindera, dilukiskan dalam Gambar 1, adalah hubungan nafsu dengan sistem yang pertaliannya adalah bentuk elektromagnetik yang disebut Aura.

Susunan Kesadaran Sesuai Kehalusannya

  1. Kesadaran elektromagnetik (aura)
  2. Kesadaran emosi
  3. Kesadaran nafsu amarah
  4. Kesadaran nafsu lawwamah
  5. Kesadaran nafsu mutma'innah
  6. Kesadaran ilmu
  7. Kesadaran Illahiyah/kesadaran iman

Kesadaran elektromagnetik

Kesadaran elektromagnetik adalah informasi dari lingkungan di mana manusia berada yang sampainya kepada otak berupa gelombang elekgromagnetik. Jadi informasi tersebut berasal dari pancaindera. Kita mengenal dunia nyata ini suatu perjanjian saja, misalnya daun berwarna hijau, maksudnya warna daun di bawah sinar matahari, sebab warna daun itu akan berubah bila disinari lampu berwarna merah, misalnya. Jadi warna daun itu kita namakan sesuai dengan warna sinar matahari yang dipantulkan daun tersebut, sedangkan warna daun sesungguhnya belum kita ketahui.
Dalam ilmu pengetahuan dikatakan bahwa bila proton dalam sebuah atom diumpamakan sebesar buah apel, maka besarnya elektron adalah sebesar titik dan elektron tersebut mengelilingi protonnya dengan jarak satu kilometer dari proton, dan proton itu tidak pernah terjamah dalam hidup kita sehari-hari. Benda itu sebagian besar dibentuk (hampir seluruhnya) oleh proton, padahal kita tidak pernah menjamah proton. Jadi apa yang terjadi bila kita memegang benda? Kenyataan bahwa bila kita memegang benda, otak kita menerima gelombang elektromagnetik yang disampaikan melalui saraf. Lalu apa yang terjadi bila ujung kita menyentuh benda? Apakah ujung jari kita menyentuh proton dari benda? Jawabnya sungguh menakjubkan, yaitu kita tidak pernah menyentuh proton. Oleh karenanya, kita tidak pernah menyentuh benda sesungguhnya, yang kita sentuh adalah informasinya, yaitu sentuhan elektron dengan elektron.
Jadi kalau begitu yang nyata itu hakikatnya adalah maya alias gaib. Jadi bila yang disebut nyata ini samar-samar, maka semuanya gaib. Jadi apa alasan kita untuk tidak percaya kepada yang ghaib dan kepada Yang Maha Gaib? Maha Benar Allah dalam firman-Nya bahwa kehidupan dunia ini adalah main-main dan senda gurau belaka.[14]
Bila kita melihat sesuatu, yang tampak jelas di situ adalah tanda-tanda kebesaran Allah, ke mana saja wajahmu engkau arahkan, di situ tampak wajah Allah.[15]
Bagi kita benda itu sama sekali bukan hasil atau keuntungan, tetapi benda adalah modal atau bahan untuk diolah menjadi amal karena benda itu pasti musnah, dan yang tidak musnah adalah amal manusia karena Allah akan mencatat amal manusia dengan tidak dikurangi sedikit pun dan manusia akan menemukan amalnya nanti di akhirat. Jadi amal itu tidak musnah dan akan abadi selama kita hidup di alam abadi.

Kesadaran emosi

Informasi emosi berasal dari benda ghaib, tidak seperti informasi elektromagnetik yang berasal dari benda. Bentuk informasi ini berupa cahaya yang berasal dari nafsu dan informasi sebalikya berasal dari sistem saraf otonomi atau hormon. Kesadaran emosi berupa refleks dan tidak melalui otak atau pemikiran. Reaksi emosi berupa refleks dan tidak melalui otak atau pemikiran. Reaksi emosi hanya mengenai satu sistem atau lebih tapi tidak pernah mengenai semua sistem. Oleh karenanya, reaksinya pincang, misalnya bila emosi datang, jantung berdetak lebih cepat tapi tidak disertai pernafasan yang lebih cepat, jadi reaksinya pincang dan ini sangat berbahaya karena sistem lain tidak siap untuk mengimbangi reaksi sistem tersebut. Berbeda bila kita berolah raga misalnya, dalam olah raga semua sistem yang terkait bereaksi secara harmonis karena dikoordinir oleh otak. Bila terjadi emosi melanda anda, apa yang harus anda lakukan? Fikirkan segala sesuatu sebelum berbuat, artinya otak dan akal kita pergunakan sehingga reaksinya harmonis, atau arahkan emosi ini kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Kesadaran nafsu amarah

Bila nafsu mempunyai kekuasaan tertinggi dalam diri manusia, manusia tersebut persis seperti binatang. Semua aktivitas ditujukan untk pemenuhan keperluan dalamnya (permintaan sistem), pancaindera sebagai pembantu pelaksanaannya. Kalau pada binatang insting masih kuat pengaruhnya sehingga dapat mempertahankan kefitrahannya.
Bila terjadi pada manusia dan akal manusia dapat dikalahkan nafsu, maka insting pada manusia sudah hilang, dan berubahlah fungsi akal yang bersiat netral menjadi memihak pada nafsu, sehingga keadaan manusia tersebut lebih jelek daripada binatang, bahkan malah tersungkur menjadi asfala saafiliin.[16]
Bentuk informasi dalam tingkatan ini adalah berupa energi murni, kekuatannya dahsyat tidak terkendali, pengaruh terhadap jasmani: tekanan darah naik, sakit kepala, gelisah, susah tidur dan selalu berkecimpung dalam lautan stress. Dalam kesadaran stress keseimbangan jiwanya terganggu., bisa timbul gejala kejiwaan bila jiwanya lemah, berbagai penyakit jasmani bisa timbul karena stress dapat mengganggu pembentukan daya tahan tubuh. Bila kekuasan fisik dan jiwa setengah-setengah, sedangkan stress cukup kuat, maka akan timbul penyakit psikosomatik.
Bagaimana bila anda dalam keadaan marah? Rasulullah SAW bersabda bahwa bila anda marah dalam keadaan berdiri maka duduklah, bila anda marah dalam keadaan duduk maka tidurlah, bila dengan tidur tidak hilang juga, ambillah air wudhu dan shalatlah dua raka'at, dan bila marah masih belum hilang juga, maka berdoalah kepada Allah supaya hati anda diganti dengan yang lebih baik. Bila kita masih sempat berpikir dalam keadaan marah, maka sesungguhnya akal kita dapat mempengaruhi amarah kita, yaitu dengan memikirkan akibatnya yang lebih buruk. Bila akal sehatnya masih berfungsi maka nafsu amarah itu berubah menjadi nafsu lawwamah.

Kesadaran nafsu lawwamah

Nafsu lawwamah adalah nafsu yang netral dan bisa menetralkan. Semua stress dapat dirasionalisasikan selagi persoalannya dapat dicerna dengan aksi. Memikirkan akibat amarah yang lebih parah adalah yang membantu mencairkan amarah, dan pencairan ini sangat tergantung dari pengetahuan dan pengalaman seseorang. Hal-hal yang menimbulkan amarah biasanya berasal dari perbuatan kita sendiri.[17] Bila kita masih mengingat dan menyadari bahwa cikal bakal amarah ini berasal dari perbuatan kita maka biasanya bagaimana besarnya persoalan amarah tersebut masih bisa tercairkan, tetapi kadang-kadang Allah menguji kita dan sebab kemarahan tidak kita temukan sehingga kita tidak dapat menerima, akhirnya, biasanya nafsu bercokol kembali dan berubahlah menjadi nafsu amarah. Dalam situasi seperti ini petunjuk Allah-lah bagiannya, sebab semua musibah dan ujian hanya bisa diatasi dengan sabar.[18] Bila jalan ini yang ditempuh maka sifat nafsu berubah menjadi nafsul-mutma'innah.

Kesadaran nafsul-mutma'innah

Nafsu mutma'innah adalah nafsu yang dipengaruhi fungsi kalbu yang beriman. Nafsu mutma'innah atau nafsu sakinah adalah nafsu yang tenang, nafsu yang suci, dan bila mati dengan membawa nafsu yang tenang ini akan dipanggil Allah nanti di akhirat pada waktu akan memasuki syurga.[9]
Ihwan dan ahwat tawakal sadarlah bahwa tinggal satu-satunya target yang kita bisa capai dalam abad modern ini, yaitu membawa lebih banyak amal sholeh (menajdi orang salih), sedangkan pintu-pintu syurga yang lain telah tertutup dan bila masih terbuka pun hanya pengkhususan dari Allah semata.
Nafsul-mutma'innah suatu perasaan yang sepi dari stress dan ini dapat dicapai dengan penyerahan diri total kepada Allah dan penyerahan diri ini harus menjadi dasar dari segala kegiatan hidup sehari-hari. Latihan penyerahan diri adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, dan cara mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan zikrullah.

Kesadaran ilmu

Orang yang mempunyai kesadaran ilmu adalah orang yang segala tindak-tanduk perbuatannya berdasarkan ilmu, terutama ilmu agama. Dia mengetahui apa yang diperintahkan dan tahu apa yang dilarang oleh Allah. Dia tidak akan berbuat sesuatu bila tidak tahu hukumnya dalam agama. Kalau terpaksa melakukan yang mubah setidak-tidaknya sesuai dengan ilmu pengetahuan yang sifatnya netral (sesuai dengan fitrah makhluk Allah). Dalam Al-Qur'an orang-orang yang demikian disebut golongan shiddiqiin dan orang-orang mujahidiin.

Kesadaran Illahiah

Kesadaran Ilahiah atau kesadaran iman merupakan kesadaran yang paling tinggi, dan ini hanya terjadi pada orang-orang yang dikhususkan Allah, orang-orang yang Allah pelihara dari kecacatan, sebab mereka harus menjadi contoh suri tauladan yang baik yaitu dikhususkan bagi para anbiya wal-mursaliin. Pintu syuga yang ini telah betul-betul ditutup oleh Allah. Bagi para Nabi dan Rasul Allah, semua kata dan perbuatan mereka harus berdasarkan perintah Allah, mereka tidak berkata atau berbuat sesuatu bila tidak disuruh Allah, atau mereka selalu minta izin Allah dahulu sebelum berbuat dan Allah selalu memberikan jawabannya melalui wahyu.

Penutup

Sebagai penutup uraian ini saya minta ampun kepada Allah atas perbuatan saya ini dan mohon maaf kepada seluruh kaum muslimin wabil-khusus pada para ihwan dan ahwat tawakal, bila ada kekeliruan dalam mengemukakan materi ruhani manusia ini, terutama bila ada salah menempatkan firman-firman Allah dari Al-Qur'an, karena referensi utama adalah dari Al-Qur'an.
Seperti dikatakan pada pembukaan, bahwa saya mampu untuk mencari rujukan selain Al-Qur'an, hadits pun saya sangat minim, perlu sekali saya tekankan sekali lagi bahwa uraian ini sebahagian besar merupakan penghayatan dan mentafakuri firman Allah dalam Al-Qur'anul-Karim, sedang kelemahan saya adalah tidak menguasai, malahan tidak tahu bahasa Arab. Saya mentafakuri hanya dari terjemahan Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia. Untuk hal tersebut saya menghaturkan banyak-banyak terima kasih kepada para penterjemah Al-Qur'an ke dalam bahasa Indonesia dan saya hanya dapat berdoa semoga mereka yang telah berjasa menterjemahkan Al-Qur'an dalam bahasa Indonesia mendapat balasan dari Allah dengan balasan yang berlimpah. Amiin ya Robbal `Alamiin.

Sumber : 
http://mashadi.0fees.net/mysite/artikel/section1/ruh.php

Referensi:

  1. Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit." (Q.S. Al-Isra 17: 95)
  2. Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesunggunnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (Q.S. Az-Zumar 39: 42)
  3. Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. At-Taghabun 64: 11)
  4. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan. (Q.S. Al-Anbiyaa 21: 35)
  5. Dia membuat perumpamaan untuk kamu dan dirimu sendiri. Apakah ada di antara hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu sekutu bagimu dalam (memiliki) rizki yang telah Kami berikan kepadamu, maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rizki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu taku kepada dirimu sendiri? Demikianlah kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal. (Q.S. Ar-Ruum 30: 28)
  6. Dan tidak ada seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. (Q.S. Yunus 10: 100)
  7. Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Yusuf 12: 53)
  8. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya (Q.S. An-Naziat 79: 40)
  9. Hai jiwa-jiwa tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan penuh ridho dan diridhoi-Nya, masuklah ke dalam surga-Ku. (Q.S. Al-Fajr 89: 27)
  10. Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). (Q.S. Al-Qiyamah 74: 2)
  11. Apakah kamu hai orang musyrik (yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan ia takut kepada (azab) di akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah; "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar 39: 9)
  12. Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberikan ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadalah 58; 1)
  13. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S. Al-Baqarah 2: 153)
  14. Dan tiadalah kehidupan di dunia ini selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertawakal. Maka tidaklah kamu memahaminya? (Q.S. Al-An`am 6: 32)
  15. Ke mana saja mukamu kauhadapkan di situlah wajah Allah.
  16. Manusia pengikut hawa nafsu seperti binatang.
  17. Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.S. Asy-Syura 49: 30)
  18. Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S. Al-Baqarah 2: 155)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar