Hakikat Manusia
Al-Quran sebagai firman Allah SWT, mengemukakan adanya ruh, nafs (jiwa), dan jism (tubuh) dalam diri manusia. "(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka bila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh-Ku, maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya. Lalu malaikat itu bersujud semuanya." (QS. 38:71-73).
Dalam ayat-ayat lainnya berkenaan proses penyempurnaan jisim Al-Quran mengatakan,"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) di tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS. 23: 12-14).
Dan selain ruh dan jisim, Al-Quran juga mengungkapkan tentang penciptaan nafs (jiwa) sebagai berikut: ". . .dan nafs (jiwa) serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada nafs itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya (zakkaha), dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS. 91: 7-10)
Maulana Rumi, dalam Fihi ma Fihi berkaitan dengan masalah ini mengatakan :"Nafs adalah satu hal, ruh hal lain. Tidakkah engkau lihat betapa nafs mengembara keluar selama jisim tertidur? Sementara ruh tetap berada di dalam jisim, nafs berkelana dan menjadi sesuatu yang lain."
Jalaluddin Rakhmat, dalam Pengantar Terjemahan
buku Perfect Man karya M. Muthahhari, 1993, mengemukakan:
"Seperti alam semesta, manusia selalu berubah. Bahkan, mengikut Ibn Al-'Arabi,manusia adalah mikrokosmos yang menggabungkan semua alam dalam makrokosmos. Manusia adalah 'alam shaghir; dan alam semesta adalah insan kabir.
Pada makrokosmos terdapat tiga tingkatan alam: ruhani, khayali, dan jasmani. Pada manusia, ketiga alam ini diwakili oleh ruh, nafs (jiwa), dan jism (tubuh). Tingkatan alam ini menunjukkan sejauh mana ia menyerap cahaya Tuhan.
Ruh adalah bagian yang paling terang, dan jism adalah bagian yang paling gelap. Nafs (jiwa) adalah jembatan yang menghubungkan jism dan ruh. Setiap orang mempunyai nafs yang berbeda. Ada nafs yang lebih dekat dengan ruh; dan ada nafs yang sangat jauh dari ruh.
Pada sebagian orang, nafs-nya bersinar dan bergerak naik menuju wujud yang hakiki, yakni Tuhan. Pada sebagian orang lagi, nafs-nya sangat gelap dan bergerak turun menjauhi Tuhan, menuju 'ketiadaan'. Nafs adalah barzakh yang selalu berubah."
Abdurrazzaq Kasyani, seorang pengulas Fushush Al-Hikam yang sangat masyhur, ketika mengomentari QS. 13:3, menghubungkan bumi dengan jisim, ruh sebagai langit, dan nafs sebagai perantara di antara keduanya.
Dalam diri manusia ketiga dunia tersebut dilengkapi dengan perangkatnya masing masing. Pada jisim, Allah melengkapinya dengan panca indera lahir (mata, telinga,hidung, kulit, pengecap rasa), juga otak (brain) dan rasa/emosi yang tidak nampak secara lahiriah.
Nafs,-wujud yang hanya dapat dikenali dan disaksikan oleh 'kemampuan tertentu' manusia juga dilengkapi dengan indera-indera batin seperti jisim. Khusus untuk akal nafs ini Al-Quran menggunakan istilah al-bab (bentuk jamak dari lubb), ulil al-bab, orang yang yang lubb-nya telah aktif.
Dalam ayat-ayat lainnya berkenaan proses penyempurnaan jisim Al-Quran mengatakan,"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) di tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS. 23: 12-14).
Dan selain ruh dan jisim, Al-Quran juga mengungkapkan tentang penciptaan nafs (jiwa) sebagai berikut: ". . .dan nafs (jiwa) serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada nafs itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikannya (zakkaha), dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (QS. 91: 7-10)
Maulana Rumi, dalam Fihi ma Fihi berkaitan dengan masalah ini mengatakan :"Nafs adalah satu hal, ruh hal lain. Tidakkah engkau lihat betapa nafs mengembara keluar selama jisim tertidur? Sementara ruh tetap berada di dalam jisim, nafs berkelana dan menjadi sesuatu yang lain."
Jalaluddin Rakhmat, dalam Pengantar Terjemahan
buku Perfect Man karya M. Muthahhari, 1993, mengemukakan:
"Seperti alam semesta, manusia selalu berubah. Bahkan, mengikut Ibn Al-'Arabi,manusia adalah mikrokosmos yang menggabungkan semua alam dalam makrokosmos. Manusia adalah 'alam shaghir; dan alam semesta adalah insan kabir.
Pada makrokosmos terdapat tiga tingkatan alam: ruhani, khayali, dan jasmani. Pada manusia, ketiga alam ini diwakili oleh ruh, nafs (jiwa), dan jism (tubuh). Tingkatan alam ini menunjukkan sejauh mana ia menyerap cahaya Tuhan.
Ruh adalah bagian yang paling terang, dan jism adalah bagian yang paling gelap. Nafs (jiwa) adalah jembatan yang menghubungkan jism dan ruh. Setiap orang mempunyai nafs yang berbeda. Ada nafs yang lebih dekat dengan ruh; dan ada nafs yang sangat jauh dari ruh.
Pada sebagian orang, nafs-nya bersinar dan bergerak naik menuju wujud yang hakiki, yakni Tuhan. Pada sebagian orang lagi, nafs-nya sangat gelap dan bergerak turun menjauhi Tuhan, menuju 'ketiadaan'. Nafs adalah barzakh yang selalu berubah."
Abdurrazzaq Kasyani, seorang pengulas Fushush Al-Hikam yang sangat masyhur, ketika mengomentari QS. 13:3, menghubungkan bumi dengan jisim, ruh sebagai langit, dan nafs sebagai perantara di antara keduanya.
Dalam diri manusia ketiga dunia tersebut dilengkapi dengan perangkatnya masing masing. Pada jisim, Allah melengkapinya dengan panca indera lahir (mata, telinga,hidung, kulit, pengecap rasa), juga otak (brain) dan rasa/emosi yang tidak nampak secara lahiriah.
Nafs,-wujud yang hanya dapat dikenali dan disaksikan oleh 'kemampuan tertentu' manusia juga dilengkapi dengan indera-indera batin seperti jisim. Khusus untuk akal nafs ini Al-Quran menggunakan istilah al-bab (bentuk jamak dari lubb), ulil al-bab, orang yang yang lubb-nya telah aktif.
Sumber : http://perjalanan-kita.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar