Posted on 09. Sep, 2008 by Speqlen in Uncategorized
*)Oleh: KS Arsana
PENDAHULUAN
Pertama penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pembaca tulisan ini atas waktu yang Anda luangkan untuk kita sama-sama belajar tentang ajaran-ajaran Hindu Dharma. Dengan segala kerendahan hati penulis perlu sampaikan bahwa tulisan kecil ini dibuat semata-mata karena keingintahuan penulis untuk mengetahui “setitik air dari dalamnya samudera pengetahuan yang terkandung dalam Weda“.
Berbekalkan kekurangan dan keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis, penulis mencoba merangkum dari berbagai sumber tentang ajaran Catur Yoga. Penulis sangat yakin bahwa tulisan kecil ini masih terlalu dangkal untuk dijadikan bahan pengetahuan. Untuk itu, demi penyempurnaannya sebagai sebuah pengetahuan, mohon diuji dan ditelusuri kebenarannya pada pustaka-pustaka yang lebih representatif.
PENGERTIAN
Berbekalkan kekurangan dan keterbatasan pengetahuan yang ada pada penulis, penulis mencoba merangkum dari berbagai sumber tentang ajaran Catur Yoga. Penulis sangat yakin bahwa tulisan kecil ini masih terlalu dangkal untuk dijadikan bahan pengetahuan. Untuk itu, demi penyempurnaannya sebagai sebuah pengetahuan, mohon diuji dan ditelusuri kebenarannya pada pustaka-pustaka yang lebih representatif.
PENGERTIAN
Catur Yoga berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu: Catur yang berarti Empat, danYoga yang berarti Hubungan (yoga berasal dari akar kata yuj). Dengan demikian Catur Yoga secara sederhana dapat diartikan sebagai empat jalan untuk mengadakan hubungan atau menuju Tuhan (Hyang Widhi, Paramatma, God, Allah).
Ke empat jalan tersebut adalah:
• Jnana Yoga
• Jnana Yoga
• Bhakti Yoga
• Karma Yoga
• Raja Yoga
Agama Hindu memberi kebebasan kepada para penganutnya untuk memilih jalan manapun dari ke empat jalan utama yang ada untuk menuju Tuhan. Keempat jalan ini memiliki sifat dan kekhasan tersendiri, yang dapat dijalankan oleh setiap orang sesuai bakat dan kemampuan (swadharma) masing-masing. Ibarat naik untuk mencapai puncak sebuah gunung, kita dapat mendakinya dari sisi manapun. Sisi Utara, sisi Timur, sisi Selatan, dan sisi Barat dapat kita daki, hanya masing-masing sisi memiliki medan yang berbeda-beda. Kemampuan dan keterampilan masing-masing orang dalam mendaki juga berbeda-beda.
Ke empat jalan tersebut sama baiknya, asalkan diikuti dengan ketetapan dan keteguhan hati. Hal ini seperti digemakan dalam pustaka suci Bhagavad-Gita:
Ke empat jalan tersebut sama baiknya, asalkan diikuti dengan ketetapan dan keteguhan hati. Hal ini seperti digemakan dalam pustaka suci Bhagavad-Gita:
Bagaimanapun jalan manusia mendekati-Ku Aku terima sama, O Arjuna Manusia menuju-Ku dalam segala jalan.(Bhagavad-Gita IV: 11)
Menurut analisis Hindu pada umumnya ada empat macam pribadi manusia. Beberapa orang pada dasarnya suka merenung. Yang lainnya amat emosional. Yang lainnya lagi adalah tipe orang aktif. Dan akhirnya, ada beberapa orang yang paling tepat dikategorikan sebagai orang yang lebih suka akan pengalaman atau percobaan. Masing-masing jenis kepribadian ini diberi jenis yoga (jalan) sendiri-sendiri. Tiap yoga itu dimaksudkan untuk memanfaatkan bakat yang dimiliki orang yang bersangkutan (Smith, 1985, p. 41).
DARI ILMU PENGETAHUAN SAMPAI LATIHAN PSIKOLOGIS
Berikut ini disajikan secara ringkas masing-masing yoga tersebut satu-persatu.
Jnana Yoga
Jalan Menuju Tuhan Melalui Ilmu Pengetahuan
Jalan ini dimaksudkan untuk para pencari kehidupan rohani yang mempunyai kecenderungan intelektual dan kemampuan spiritual cukup kuat. Bagi orang-orang yang mempunyai bakat, kemampuan, dan watak seperti ini, dengan mempelajari dan mendalami ajaran kerohanian ia akan mampu mencapai kesadaran ilahi yang religius (kesadaran atman).
Tujuan dari yoga ini adalah untuk “membelah bidang yang tak diketahui dengan pedang pembedaan“. Bidang yang tak diketahui adalah bidang transendental, yang umumnya memang kurang diketahui oleh kebanyakan orang pada masa sekarang ini. Kemampuan untuk membedakan ini dapat diperoleh melalui tiga langkah, yaitu:
• Mendengar Mendengarkan ucapan orang-orang bijaksana tentang Tuhan (srawanam) ataupun usaha mencari dan mendekati-NYA melalui pustaka-pustaka suci.
• Berpikir Melakukan refleksi pikiran secara mendalam untuk mengerti adanya hakikat-hidup (atman). Di balik segala lapisan yang kita bangun untuk membentengi diri kita sendiri, martabat kita, gelar kita, status kita, dan kebutuhan kita untuk dipandang dalam cara-cara tertentu – di balik semua itu, tetap terdapat jati diri yang sejati, jati diri hakiki, sang jiwa (atman). Hal ini dapat dilakukan dengan menelaah bahasa yang sehari-hari kita gunakan dan merenungkan maknanya. Misalnya: “Ini bajuku”. Di sini antara “baju” dengan “ku” adalah dua hal yang berbeda. Begitu juga bila kita telusuri perkataan “Ini tubuhku”.
• Samadhi
Melakukan perenungan untuk menyadari dan menghayati adanya atman sebagai pribadi-sejati. Yoga pengetahuan dianggap merupakan jalan tersingkat menuju kesadaran atman, namun jalan tersebut juga yang paling terjal. Maharsi, Rsi, filsuf dan sufiolog adalah para pengikut jalan ini.
Bhakti Yoga
Jalan Menuju Tuhan Melalui Cinta-Kasih
Bhakti Yoga adalah jalan untuk menuju Tuhan (mencapai kesempurnaan, moksa) dengan melaksanakan bhakti, cinta-kasih, dan penyerahan diri secara total kepada Tuhan.
Bhakti Yoga mempunyai pengikut yang sangat banyak, karena merupakan yoga yang paling populer di antara ke empat jenis yoga. Hal ini disebabkan umumnya hidup ini lebih banyak digerakkan oleh perasaan daripada akal; dan di antara demikian banyak perasaan yang menghimpit manusia, yang terkuat serta paling luas cakupannya adalah perasaan cinta.
Semua prinsip dasar bhakti yoga amat banyak contohnya dalam agama Kristen. Bahkan dari sudut pandangan agama Hindu, agama Kristen adalah suatu jalan raya bhakti menuju Tuhan, yang disinari oleh lampu-lampu cemerlang. Jalan-jalan lain bukannya diabaikan, akan tetapi tidak demikian menonjol (Smith, 1985, p. 46).
Seorang bhakta (orang yang menjalankan bakti, devotee) dengan sujud dan cinta menyembah dan berdoa, serta dengan penyerahan diri secara total mempersembahkan jiwa-raganya kepada Tuhan, dan memperbesar cinta-kasihnya menjadi cinta-kasih yang universal kepada semua mahluk. Dengan cara mencintai Tuhan seperti ini seorang bhakta akan mencapai kesempurnaan. Hal ini seperti dinadakan dalam Bhagavad-Gita:
Jnana Yoga
Jalan Menuju Tuhan Melalui Ilmu Pengetahuan
Jalan ini dimaksudkan untuk para pencari kehidupan rohani yang mempunyai kecenderungan intelektual dan kemampuan spiritual cukup kuat. Bagi orang-orang yang mempunyai bakat, kemampuan, dan watak seperti ini, dengan mempelajari dan mendalami ajaran kerohanian ia akan mampu mencapai kesadaran ilahi yang religius (kesadaran atman).
Tujuan dari yoga ini adalah untuk “membelah bidang yang tak diketahui dengan pedang pembedaan“. Bidang yang tak diketahui adalah bidang transendental, yang umumnya memang kurang diketahui oleh kebanyakan orang pada masa sekarang ini. Kemampuan untuk membedakan ini dapat diperoleh melalui tiga langkah, yaitu:
• Mendengar Mendengarkan ucapan orang-orang bijaksana tentang Tuhan (srawanam) ataupun usaha mencari dan mendekati-NYA melalui pustaka-pustaka suci.
• Berpikir Melakukan refleksi pikiran secara mendalam untuk mengerti adanya hakikat-hidup (atman). Di balik segala lapisan yang kita bangun untuk membentengi diri kita sendiri, martabat kita, gelar kita, status kita, dan kebutuhan kita untuk dipandang dalam cara-cara tertentu – di balik semua itu, tetap terdapat jati diri yang sejati, jati diri hakiki, sang jiwa (atman). Hal ini dapat dilakukan dengan menelaah bahasa yang sehari-hari kita gunakan dan merenungkan maknanya. Misalnya: “Ini bajuku”. Di sini antara “baju” dengan “ku” adalah dua hal yang berbeda. Begitu juga bila kita telusuri perkataan “Ini tubuhku”.
• Samadhi
Melakukan perenungan untuk menyadari dan menghayati adanya atman sebagai pribadi-sejati. Yoga pengetahuan dianggap merupakan jalan tersingkat menuju kesadaran atman, namun jalan tersebut juga yang paling terjal. Maharsi, Rsi, filsuf dan sufiolog adalah para pengikut jalan ini.
Bhakti Yoga
Jalan Menuju Tuhan Melalui Cinta-Kasih
Bhakti Yoga adalah jalan untuk menuju Tuhan (mencapai kesempurnaan, moksa) dengan melaksanakan bhakti, cinta-kasih, dan penyerahan diri secara total kepada Tuhan.
Bhakti Yoga mempunyai pengikut yang sangat banyak, karena merupakan yoga yang paling populer di antara ke empat jenis yoga. Hal ini disebabkan umumnya hidup ini lebih banyak digerakkan oleh perasaan daripada akal; dan di antara demikian banyak perasaan yang menghimpit manusia, yang terkuat serta paling luas cakupannya adalah perasaan cinta.
Semua prinsip dasar bhakti yoga amat banyak contohnya dalam agama Kristen. Bahkan dari sudut pandangan agama Hindu, agama Kristen adalah suatu jalan raya bhakti menuju Tuhan, yang disinari oleh lampu-lampu cemerlang. Jalan-jalan lain bukannya diabaikan, akan tetapi tidak demikian menonjol (Smith, 1985, p. 46).
Seorang bhakta (orang yang menjalankan bakti, devotee) dengan sujud dan cinta menyembah dan berdoa, serta dengan penyerahan diri secara total mempersembahkan jiwa-raganya kepada Tuhan, dan memperbesar cinta-kasihnya menjadi cinta-kasih yang universal kepada semua mahluk. Dengan cara mencintai Tuhan seperti ini seorang bhakta akan mencapai kesempurnaan. Hal ini seperti dinadakan dalam Bhagavad-Gita:
Mereka yang memusatkan pikirannya kepada-Ku, menyembah Aku dengan rasa cinta yang teguh dan dengan kepercayaan tinggi, mereka Aku nilai sebagai yang tersempurna dalam yoga.(Bhagavad-Gita XII: 2)
Ada tiga ciri pendekatan bhakta dalam menjalankan baktinya yang perlu disebutkan, yaitu:
• Japam
Mengulang-ulang salah satu nama Tuhan dalam setiap aktivitas. Pendekatan diri dan pemujaan kepada Tuhan dengan cara mengulang-ulang nama Tuhan disebut juga smaranam. Sebagai bandingan, dalam terminologi agama Islam ada dikenal istilah dzikir, yaitu mengulang-ulang asma Allah. Japam juga sangat mirip dengan apa yang terdapat dalam aliran agama Kristen Klasik yang mengajarkan: “menyerukan Nama Yesus secara terus-menerus tiada henti-hentinya, dengan lidah, dalam roh dalam hati ….. selama kerja apapun, sepanjang waktu di segala tempat, bahkan di saat sedang tidur” (Smith, 1985, p. 49).
• Mendengungkan Pergantian Cinta
Kemampuan manusia sepenuhnya untuk mencintai menunjukkan bahwa setiap model cinta perlu direalisasikan (misalnya, kepada anak, orangtua, teman, kekasih, dan sebagainya) dan agama Hindu mendorong para bhakta agar mengalihkan setiap kemampuan cinta ini kepada Tuhan.
• Pemujaan Tuhan dalam Bentuk Ideal yang Dipilih Seseorang
Bentuk yang paling ideal bagi kebanyakan orang adalah penjelmaan Tuhan menjadi manusia. Tuhan lebih mudah dicintai di saat Ia menjelma menjadi manusia, karena kita sudah terbiasa untuk mencintai manusia. (Penjelmaan Tuhan ke dunia dalam terminologi Hindu dikenal dengan Avatara, misalnya Matsya Avatara, Rama Avatara, Khrisna Avatara, Buddha Avatara, dan sebagainya. Tentang penjelmaan Tuhan ke dunia ini baca Bhagavad-Gita IV: 7-8).
• Japam
Mengulang-ulang salah satu nama Tuhan dalam setiap aktivitas. Pendekatan diri dan pemujaan kepada Tuhan dengan cara mengulang-ulang nama Tuhan disebut juga smaranam. Sebagai bandingan, dalam terminologi agama Islam ada dikenal istilah dzikir, yaitu mengulang-ulang asma Allah. Japam juga sangat mirip dengan apa yang terdapat dalam aliran agama Kristen Klasik yang mengajarkan: “menyerukan Nama Yesus secara terus-menerus tiada henti-hentinya, dengan lidah, dalam roh dalam hati ….. selama kerja apapun, sepanjang waktu di segala tempat, bahkan di saat sedang tidur” (Smith, 1985, p. 49).
• Mendengungkan Pergantian Cinta
Kemampuan manusia sepenuhnya untuk mencintai menunjukkan bahwa setiap model cinta perlu direalisasikan (misalnya, kepada anak, orangtua, teman, kekasih, dan sebagainya) dan agama Hindu mendorong para bhakta agar mengalihkan setiap kemampuan cinta ini kepada Tuhan.
• Pemujaan Tuhan dalam Bentuk Ideal yang Dipilih Seseorang
Bentuk yang paling ideal bagi kebanyakan orang adalah penjelmaan Tuhan menjadi manusia. Tuhan lebih mudah dicintai di saat Ia menjelma menjadi manusia, karena kita sudah terbiasa untuk mencintai manusia. (Penjelmaan Tuhan ke dunia dalam terminologi Hindu dikenal dengan Avatara, misalnya Matsya Avatara, Rama Avatara, Khrisna Avatara, Buddha Avatara, dan sebagainya. Tentang penjelmaan Tuhan ke dunia ini baca Bhagavad-Gita IV: 7-8).
Karma Yoga
Jalan Menuju Tuhan Melalui Kerja
Karma Yoga adalah jalan untuk mencapai kesempurnaan, yaitu menuju Tuhan, berdasarkan perbuatan baik (cuba-karma) dan tidak mengikatkan diri pada hasil kerja itu.
Kerja adalah pokok kehidupan manusia. Dorongan untuk bekerja bukanlah lagi motivasi ekonomis melainkan motivasi psikologis. Jika terpaksa menganggur, sebagian besar orang akan gelisah; dan orang cenderung kehilangan semangat bila terpaksa pensiun. Jalan menuju Tuhan melalui kerja dimaksudkan untuk orang-orang yang berwatak aktif. Jalan ini mempunyai rute-rute alternatif tergantung pendekatan kita, apakah secara filosofis atau dengan sikap cinta. Dalam rangka ke empat yoga, maka karma yoga bisa dipraktekkan dengan gaya yoga jnana (pengetahuan) atau gaya yoga bhakti (devosi).
Seorang karmin (orang yang menjalankan karma yoga) mengerjakan pekerjaannya sebagai persembahan kepada Tuhan, dan akan berusaha memberikan hasil kerja yang terbaik yang mampu ia lakukan. Dalam mengerjakan pekerjaannya, bahkan dalam setiap tindakannya sehari-hari, ia melakukannya dengan tidak mempertimbangkan untung-rugi bagi dirinya sendiri.
Jalan Menuju Tuhan Melalui Kerja
Karma Yoga adalah jalan untuk mencapai kesempurnaan, yaitu menuju Tuhan, berdasarkan perbuatan baik (cuba-karma) dan tidak mengikatkan diri pada hasil kerja itu.
Kerja adalah pokok kehidupan manusia. Dorongan untuk bekerja bukanlah lagi motivasi ekonomis melainkan motivasi psikologis. Jika terpaksa menganggur, sebagian besar orang akan gelisah; dan orang cenderung kehilangan semangat bila terpaksa pensiun. Jalan menuju Tuhan melalui kerja dimaksudkan untuk orang-orang yang berwatak aktif. Jalan ini mempunyai rute-rute alternatif tergantung pendekatan kita, apakah secara filosofis atau dengan sikap cinta. Dalam rangka ke empat yoga, maka karma yoga bisa dipraktekkan dengan gaya yoga jnana (pengetahuan) atau gaya yoga bhakti (devosi).
Seorang karmin (orang yang menjalankan karma yoga) mengerjakan pekerjaannya sebagai persembahan kepada Tuhan, dan akan berusaha memberikan hasil kerja yang terbaik yang mampu ia lakukan. Dalam mengerjakan pekerjaannya, bahkan dalam setiap tindakannya sehari-hari, ia melakukannya dengan tidak mempertimbangkan untung-rugi bagi dirinya sendiri.
“Ia yang bekerja tanpa perasaan lekat pada pekerjaannya dan menyerahkannya untuk Tuhan, tidak ternoda oleh akibatnya, bagaikan daun bunga teratai tidak ternoda oleh air di sekitarnya”Bhagavad-Gita (V: 10).
Raja Yoga
Jalan Menuju Tuhan Melalui Latihan Psikologis
Hipotesis yang mendasari ajaran Raja Yoga ini adalah ajaran agama Hindu tentang manusia. Secara sederhana dapat disebutkan bahwa manusia terdiri dari empat lapisan, yaitu:
Jalan Menuju Tuhan Melalui Latihan Psikologis
Hipotesis yang mendasari ajaran Raja Yoga ini adalah ajaran agama Hindu tentang manusia. Secara sederhana dapat disebutkan bahwa manusia terdiri dari empat lapisan, yaitu:
1.
Tubuh Jasmani (badan kasar atau sthula-carira).
2.
Alam pikiran dan pengalaman yang disadari (badan halus atau suksma-carira).
3.
Kawasan bawah-sadar pribadi (badan penyebab atau karana-carira).
4.
Hakikat-Hidup (roh, soul, atman/jiwatman).
Tubuh Jasmani (badan kasar atau sthula-carira).
2.
Alam pikiran dan pengalaman yang disadari (badan halus atau suksma-carira).
3.
Kawasan bawah-sadar pribadi (badan penyebab atau karana-carira).
4.
Hakikat-Hidup (roh, soul, atman/jiwatman).
Metode yang digunakan dalam raja yoga adalah sengaja melakukan mawas-diri, yaitu usaha untuk menyadari Hakikat-Hidup itu sendiri.
Untuk mencapai penghayatan Hakikat-Hidup ini ditempuh delapan langkah pengendalian dan pengembangan diri (dalam terminologi Hindu, delapan langkah ini disebut Astangga-yoga), yaitu:
• Langkah 1 dan 2 (Yama dan Niyama Brata):
Dua langkah ini berkenaan dengan pengantar moral.
• Langkah 3 (Asana):
pengaturan sikap badan agar tidak mengganggu konsentrasi (pikiran).
• Langkah 4 (Pranayama):
Pengaturan jalannya nafas, juga agar tidak menggangu konsentrasi (pikiran).
• Langkah 5 (Pratyahara):
Penarikan indria dari objek-objek duniawi agar konsentrasi pikiran tidak terganggu.
• Langkah 6 (Dharana):
Memusatkan konsentrasi pikiran hanya pada satu objek, yaitu alam pikiran itu sendiri.
• Langkah 7 dan 8 (Dhyana dan Samadhi):
Perenungan yang mendalam pada suatu objek untuk mencapai kesadaran yang tertinggi, yaitu kesadaran akan Hakikat-Hidup (kesadaran ilahi, kesadaran atman).
Untuk mencapai penghayatan Hakikat-Hidup ini ditempuh delapan langkah pengendalian dan pengembangan diri (dalam terminologi Hindu, delapan langkah ini disebut Astangga-yoga), yaitu:
• Langkah 1 dan 2 (Yama dan Niyama Brata):
Dua langkah ini berkenaan dengan pengantar moral.
• Langkah 3 (Asana):
pengaturan sikap badan agar tidak mengganggu konsentrasi (pikiran).
• Langkah 4 (Pranayama):
Pengaturan jalannya nafas, juga agar tidak menggangu konsentrasi (pikiran).
• Langkah 5 (Pratyahara):
Penarikan indria dari objek-objek duniawi agar konsentrasi pikiran tidak terganggu.
• Langkah 6 (Dharana):
Memusatkan konsentrasi pikiran hanya pada satu objek, yaitu alam pikiran itu sendiri.
• Langkah 7 dan 8 (Dhyana dan Samadhi):
Perenungan yang mendalam pada suatu objek untuk mencapai kesadaran yang tertinggi, yaitu kesadaran akan Hakikat-Hidup (kesadaran ilahi, kesadaran atman).
PENUTUP
Demikian uraian singkat tentang Catur Yoga. Semua jalan (marga) dari ke empat jalan ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menuju kesempurnaan dalam arti kesatuan jiwatman dan Paramatman. Jnana Yoga diperuntukkan bagi manusia yang kuat mendalami ilmu pengetahuan, Bhakti Yoga bagi mereka yang kuat dalam cinta-kasih, Karma Yoga bagi mereka yang kuat dalam kerja, dan Raja Yoga bagi mereka yang kuat dalam latihan psikologis.
Ke empat jalan ini sama baiknya, tidak ada yang bertentangan, bahkan saling melengkapi. Ini menunjukkan bahwa Hindu memberi kebebasan dan kemerdekaan pada setiap individu untuk mendekatkan diri pada Tuhan sesuai dengan sifat bawaan dan kemampuan masing-masing, dan pada saat yang sama juga memberi penghargaan dan rukun satu sama lain sehingga harmoni dalam kehidupan sosial beragama tetap terpelihara.
Sebetulnya, masih banyak hal yang dapat diuraikan dalam kaitannya dengan Catur Yoga ini. Terlebih lagi karena ajaran Catur Yoga ini sangat menarik untuk dibahas dan didalami bila dikaitkan dengan ajaran “catur” lainnya dalam Hindu Dharma, seperti:
• Catur Warna:
Brahmana, Ksatrya, Wesia, dan Sudra.
• Catur Ashrama:
Brahmacari, Grahasta, Wanaphrasta, dan Bhiksukka.
• Catur Yuga (Empat Jaman):
Sath-Yuga (Jaman Emas), Dwapara-Yuga (Jaman Perak), Tretya-Yuga (Jaman Perunggu), dan Kali-Yuga (Jaman Besi).
Harapan penulis, semoga rangkuman kecil ini ada gunanya untuk menambah wawasan pengetahuan kita tentang Hindu Dharma, paling tidak dapat menambah semangat kita untuk lebih tertarik dan mendalami ajaran-Nya.
Semoga damai di hati, damai di dunia, dan damai selalu atas waranugraha-Nya.
Demikian uraian singkat tentang Catur Yoga. Semua jalan (marga) dari ke empat jalan ini memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menuju kesempurnaan dalam arti kesatuan jiwatman dan Paramatman. Jnana Yoga diperuntukkan bagi manusia yang kuat mendalami ilmu pengetahuan, Bhakti Yoga bagi mereka yang kuat dalam cinta-kasih, Karma Yoga bagi mereka yang kuat dalam kerja, dan Raja Yoga bagi mereka yang kuat dalam latihan psikologis.
Ke empat jalan ini sama baiknya, tidak ada yang bertentangan, bahkan saling melengkapi. Ini menunjukkan bahwa Hindu memberi kebebasan dan kemerdekaan pada setiap individu untuk mendekatkan diri pada Tuhan sesuai dengan sifat bawaan dan kemampuan masing-masing, dan pada saat yang sama juga memberi penghargaan dan rukun satu sama lain sehingga harmoni dalam kehidupan sosial beragama tetap terpelihara.
Sebetulnya, masih banyak hal yang dapat diuraikan dalam kaitannya dengan Catur Yoga ini. Terlebih lagi karena ajaran Catur Yoga ini sangat menarik untuk dibahas dan didalami bila dikaitkan dengan ajaran “catur” lainnya dalam Hindu Dharma, seperti:
• Catur Warna:
Brahmana, Ksatrya, Wesia, dan Sudra.
• Catur Ashrama:
Brahmacari, Grahasta, Wanaphrasta, dan Bhiksukka.
• Catur Yuga (Empat Jaman):
Sath-Yuga (Jaman Emas), Dwapara-Yuga (Jaman Perak), Tretya-Yuga (Jaman Perunggu), dan Kali-Yuga (Jaman Besi).
Harapan penulis, semoga rangkuman kecil ini ada gunanya untuk menambah wawasan pengetahuan kita tentang Hindu Dharma, paling tidak dapat menambah semangat kita untuk lebih tertarik dan mendalami ajaran-Nya.
Semoga damai di hati, damai di dunia, dan damai selalu atas waranugraha-Nya.
Sumber Bacaan: http://speqlen.co.cc/2008/09/09/empat-jalan-menuju-tuhan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar