TINGKATAN KEYAKINAN KEPADA ALLAH
Seseorang meyakini keberadaan Allah, sangat terkait sekali terhadap Ilmu (informasi), Ap’al (Ciptaan), Shifat (Sifat) dan Dzat (Wujud). Yang jika kita coba pilah-pilah (kelompokan), tingkatan keyakinan seseorang tersebut terdiri dari 4 (empat) tingkatan keyakinan, diantaranya “Wajibul-Yakin”, “Ainul-Yakin”, “Haqqul-Yakin” dan “Isbatul-Yakin”.
1. Wajibul-Yakin
Yaitu keyakinan seseorang terhadap keberadaan Allah yang bersumber dari informasi (ilmu). Misalnya informasi dari membaca kitab-kitab suci (Al-Qur’an, Taurat, Injil dan Zabur dll) atau informasi dari mendengar ceramah-ceramah, mendengar radio, nonton televisi, melihat di internet, dan lain sebagainya.
2. Ainul-Yakin
Yaitu Keyakinan seseorang terhadap keberadaan Allah karena ciptaan-Nya (Ap’al) atau karena sifat-Nya (Shifat).
Sebagai contoh karena ciptaan-Nya (Ap’al) misalnya, dengan melihat gunung maka seseorang menjadi yakin terhadap keberadaan Allah. Karena dengan melihat gunung tersebut logika akalnya menjadi mengatakan (berkeyakinan), bahwa tidak mungkin gunung tersebut ada kalau tidak ada yang menciptakannya, demikian juga halnya dengan orang tersebut melihat ciptaan-ciptaan-Nya yang lainnya, seperti melihat lautan, melihat binatang, melihat keajaiban-keajaiban alam, dan lain sebagainya.
Sebagai contoh karena sifat-Nya (Shifat) misalnya, seseorang bisa menjadi yakin terhadap keberadaan Allah karena melihat/mempelajari sifat-sifat Allah, yang diantaranya seperti mempelajari sifat-sifat Allah yang Allah percayakan kepada makluknya (sifat 20).
3. Haqqul-Yakin
Yaitu keyakinan seseorang terhadap keberadaan Allah karena orang tersebut telah dibimbing/diberi petunjuk oleh Allah kepada Cahaya-Nya (QS.An_Nur.(24):35). Atau seperti yang disebutkan dibagian awal artikel ini, yaitu seseorang yakin terhadap keberadaan Allah kerena orang tersebut telah mengerti atau memahami makna “Ilmu yang bermanfaat”.
4. Isbatul-Yakin
Keyakinan seseorang terhadap keberadaan Allah karena orang tersebut telah meyakini-Nya dengan “Wajibul-Yakin”, “Ainul-Yakin” dan “Haqqul-Yakin”. Yang kemudian orang tersebut menjadi benar-benar yakin (sangat meyakini-Nya), yang pada akhirnya orang tersebut sampai pada tingkat keyakinan yang tidak akan tergoyakan lagi (keyakinan yang mutlak dan tidak tergoyahkan lagi karena telah mengisbatkan Allah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar